Otto iskandardinata tokoh pendiri
Maria Ulfah Santoso K. Masjkur Ir. Dahler R. Radjiman Wedyodiningrat R. Ruslan Wongsokusumo Ir. Roosseno Soerjohadikoesoemo Dr. Samsi Sastrawidagda Mr. Sartono Mr. Sastromulyono Mr. Raden Panji Singgih R. Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito Mr. Raden Sjamsoeddin Dra. Sukarjo Wiryopranoto Ir. Soekarno Dr. Soekiman Wirjosandjojo Dr. Sulaiman Effendi Kusumah Atmaja Prof.
Soepomo Ir. Panji Surachman Cokroadisuryo R. Ario Soerjo Pangeran Soerjohamidjojo R. Soeroso Mr. Soewandi Tan Eng Hoa R. Wiranatakusumah V K. Negara Gagal Berantas Narkoba. Impor Ancaman Kedaulatan Pangan. Topik Pilihan. Pemimpin Terkorup Dunia. Catatan Kilas. Kabut Kelam Revolusi Mental. Inpres Revolusi Mental Mati Suri. Catatan Runtuhnya Gerakan Revolusi Mental.
Muslihat Biadab Belanda Tak Beradat. Agama Jangan Lagi Memisahkan Kita!
Otto iskandardinata tokoh pendiri
Bukan Susu Tetapi Makanan Keras. Kuis Tokoh: AT Mahmud. Kuis Tokoh: Tien Soeharto. Kuis Tokoh: Ali Sadikin. Kuis Tokoh: RA Kosasih. Kuis Tokoh: Anne Avantie. ID Ensiklopedi Tokoh Indonesia. Kutipan Hari Ini. Memory Game. Populer Hari Ini. Populer Minggu Ini. Populer All Time. Paguyuban Pasundan adalah organisasi budaya Sunda yang berdiri pada 20 Juli dan sampai saat ini masih berdiri, sehingga disebut sebagai organisasi tertua.
Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, dan pemberdayaan perempuan. Tujuan Paguyuban Pasundan adalah untuk melestarikan budaya Sunda yang tidak hanya melibatkan orang Sunda saja, melainkan semua yang mempunyai kepedulian akan budaya Sunda. Dalam Paguyuban Pasundan ini Oto menjabat sebagai Sekretaris Pengurus Besar tahun dan menjadi ketua sejak sampai Tiga tahun kemudian, Oto kembali dipindah ke Pekalongan, tempat di mana ia mulai lebih banyak dikenal oleh masyarakat.
Berkat aktivitasnya yang menarik perhatian masyarakat Pekalongan, Oto pun dipercaya untuk menjadi anggota Gemeenteraad Dewan Kota Pekalongan mewakili Budi Utomo. Oto yang menyadari bahwa sedang diawasi justru mengajak sang reserse, mata-mata, untuk ikut bergabung dalam rapat tersebut. Ia berani membeberkan praktik-praktik buruk yang dilakukan oleh pemerintah jajahan terhadap rakyat Indonesia.
Namun, kecaman yang Oto berikan ini tidaklah diterima oleh Residen Pekalongan, seorang Belanda. Meskipun demikian, dukungan seluruh anggota Dewan Kota tetap tertuju pada Oto. Semua peristiwa ini kemudian berakhir, karena Oto dipindahkan ke residen lain. Pada masa penjajahan jepang, Oto menjadi pemimpin surat kabar Tjahaja pada tahun sampai Oto kemudian menjabat sebagai Menteri Negara pada kabinet pertama Republik Indonesia tahun Paguyuban Pasundan berdiri di atas dasar keyakinan bahwa bangsa Indonesia pasti merdeka.
Paguyuban Pasundan menitikberatkan perjuangannya di Volksraad Dewan Rakyat. Pada tahun Oto tercatat sebagai salah satu anggota Volksraad yang vokal. Dalam kongresnya yang ke, Paguyuban Pasundan menyatakan mengakui bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu kebangsaan Indonesia, meminta kepada pemerintah mengadakan upah minimum, mendirikan komisi istimewa untuk menyelidiki kehidupan di tanah partikelir, dan menyokong aksi Indonesia Berparlemen.
Jabatan ini dipegangnya sampai tahun , tahun ketika Jepang mulai berkuasa di Indonesia. Oto menjadi anggota Volksraad secara berturut-turut dalam tiga periode, yaitu periode kelima , periode keenam dan periode ketujuh Suara Fraksi Nasional dalam Volksraad sangat radikal. Oto yang tergabung dalam Fraksi Nasional dikenal dengan sebutan Si Jalak Harupat, yang dalam perumpamaan bahasa Sunda mengandung arti lincah dan tajam lidahnya seperti burung jalak.
Keberanian dan kejujuran selalu mewarnai ucapan-ucapan Oto. Pada masa Jepang berkuasa kaum pergerakkan pada umumnya melanjutkan perjuangannya dalam bentuk lain, yaitu menempuh jalan bekerjasama dengan pihak Jepang dengan harapan akan menyelamatkan dan melanjutkan perjuangan mereka. Di pihak lain, Jepang pun merasa perlu bekerjasama dengan kaum pergerakkan karena menganggap pengaruh kaum pergerakkan sangat besar di kalangan rakyat.
Jepang kemudian membentuk suatu birokrasi pemerintahan untuk memperkokoh kedudukannya di Indonesia. Beberapa tokoh bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk menduduki jabatan tinggi. Mula-mula Oto diangkat sebagai pegawai Gunsei Pemerintah Militer. Kemudian Oto diberi tugas untuk menjadi pemimpin surat kabar Cahaya di Bandung menggantikan Sipatahunan yang dilarang terbit oleh Jepang.
Suroso, R. Oto Iskandardinata, dan Dr.